Rabu, 06 Juli 2016

Kita bahagia bersama, dijalan yang berbeda.

Untuk kamu, yang sempat hadir.
Apa kabar? Sudah lama kita tak berjumpa, bahkan sudah lama aku tak mendengar kabarmu. Aku maklumi itu semua. Aku menghargai kehidupanmu yang sekarang, dan kau? Entahlah masih peduli dengan hidupku atau tidak.

Mungkin kamu akan bertanya, kenapa aku menulis ini semua? Jangan kamu mengira aku menulis ini untuk mendramatisir keadaan, tentu tidak. Sama sekali tidak. Aku menulis ini semua hanya karena merasakan rindu. Tak pernahkan kau merasakannya juga? Aku harap kau sempat merindukanku walau hanya sesaat. Setidaknya kau sempat terngiang bagaimana aku tertawa lalu menangis. Setidaknya kau terngiang bagaimana rasanya mencoba mempertahankan hubungan itu dahulu.
Walau cinta dan cerita kitu telah tiada. Namun, aku masih ingat betapa lucunya saat pertama kali aku melihatmu. Kita terlihat canggung, lalu saling tersenyum sesudahnya.
Aku juga masih ingat, betapa indahnya hujan kala itu. Kau terus melajukan motor dengan cepat agar aku tidak lama terkena hujan. Aku hanya bisa bersembunyi sambil mengeratkan pelukan dibalik punggungmu lalu kau menggenggam tanganku. Kau tidak tau, seberapa banyak aku tersenyum saat itu.

Aku tidak peduli, apakah aku cinta pertamamu atau bukan. Aku menyimpan memori dalam hidupmu atau tidak. Yang aku tau aku merasakannya. Kau juga bukan yang pertama ataupun yang kedua yang pernah hadir dalam hidupku. Tapi percayalah, kau membuatku mengenal banyak hal untuk pertama kalinya.
Kau orang pertama yang membuatku merasa berharga dan merasa dihargai. Kau membuat aku merasa bahwa aku adalah orang yang patut dipertahankan.

Untuk kamu, yang sempat hadir.
Maaf aku sempat membuatmu muak. Dengan sikapku yang kekanak-kanakan. Yang sering mengeluh, yang sering berdrama dengan segala masalah. Kau selalu menenangkanku. Dan lagi, aku terlambat menyadarinya. Aku tau aku salah, tapi siapa yang peduli saat itu? Aku terlalu kalut dengan emosi. Kadang aku pun hanya tertawa bila mengingatnya. Perjalanan kita amat lucu ternyata.

Aku ingat, kita memulai dengan cara yang salah. Entah kamu atau aku. Tapi aku tak menyalahkan
siapapun, karena untuk masalah perasaan semua orang merasa benar. Meskipun penuh kebohongan dan ketidakpedulian. Cukup aku saja yang tau maksud semuanya.

Perjalanan memang kadang tak semulus yang dibayangankan. Kadang membuat aku terbang lalu jatuh. Dan terimakasih, kamu pernah menjadi perjalananku. Hidup kadang terasa manis seperti gulali yang aku beli di taman hiburan, tapi ada masanya terasa pahit sama seperti aku yang tidak sengaja mengecap ampas kopi. Dan kamu telah menajdi keduanya disaat yang bersamaan. Sekali lagi terimakasih. Dan untuk sempat memulai lalu mengakhiri.

Untuk kamu, yang sempat hadir.
Aku tadi bilang bahwa aku merindukanmu, tapi setelah aku menulis ini semua aku tak lagi merasakannya. Aku sedang tersenyum, percayalah. Aku bahagia. Tak perlu aku yang merindumu lagi. Tugasku sudah cukup. Tugasku kini pergi lalu menghilang. Untuk tak saling mengenal akan lebih baik, mungkin? Hahaha aku hanya bercanda. Aku tidak kekanak-kanakan lagi seperti dahulu. Aku hanya berharap kamu baik-baik saja. Kita bahagia bersama, dijalan yang berbeda.

Dan harapan terakhirku adalah suatu saat aku dapat bertemu kamu kembali. Dengan senyuman, tak ada lagi kecanggungan. Lalu berbincang. Dan aku akan mengenalkan seseorang padamu. Dan sebaliknya. Iya seseseorang yang aku kenalkan adalah orang yang membuat aku tersenyum kembali setelah kamu membuatku menangis. Dan kamu mengenalkan seseorang yang kamu ajak tersenyum ketika aku menangis.

Untuk kamu, yang sempat hadir.
Aku merasa cukup dan aku pergi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar