Terkadang aku tertawa melihat diriku sendiri. Aku tertawa
melihat kebodohan tingkahku yang tak pernah bisa membohongi perasaanku sendiri.
Aku tertawa melihat diriku yang tak pernah maju, Cuma bisa stuck ditempat yang
lama sambil pura-pura bahagia. Aku tertawa melihat kekonyolanku yang tak pernah
berani memutuskan sesuatu. Aku tertawa melihat aku yang dibutakan oleh cinta.
“Aku begitu menyedihkan...” mungkin itu kalimat yang selalu terucap ketika aku melihat cermin. Melihat muka sembab sambil terukir senyum kecil. Seharusnya aku bisa berbahagia dan menikmati hidupku, namun kenyataannya? Aku masih stuck. Stuck pada kenyataan yang selalu membuat aku ingin lari. Aku telah mencobanya.. Bahkan aku sudah terlalu jauh berlari, namun aku tak pernah menemukan ujung. Mengapa? Karna aku selalu melihat kebelakang hanya untuk memastikan apakah ada yang mengejarku? Semakin dikejar aku pun semakin berambisi untuk menemukan titik ujung, namun karna ambisiku yang terlalu besar itu, aku pun berhasil dikejar dan diberhentikan lagi. Oleh karena itu aku tak pernah menemukan ujung dari lariku itu. Bisa dibilang, aku memutuskan sesuatu hanya bisa setengah-setengah.
Ragaku ingin berlari kencang namun hatiku masih tertinggal. Apa bisa ragaku terus berlari sementara hatiku belum berkata siap? Hatiku masih ingin menunggu. Padahal ragaku tau bahwa yang hatiku tunggu itu tak akan pernah datang. Kadang aku tak mengerti, begitu lelahnya menjalani semua ini. Aku capek, namun aku tetap berjuang melawan capek dan semua negatif thinkingku itu. Aku masih berharap besar atas kamu bisa menjadi dirimu yang dulu lagi. Yang memprioritaskan aku. Hidup kadang selucu ini. Ada kehidupan yang terlihat bahagia padahal justru kebalikannya.
Lalu aku bertanya pada cermin, “Apakah aku bisa berbahagia
lagi seperti dahulu?” mungkin hanya waktu yang bisa menjawab semua ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar