Selasa, 13 Oktober 2015

Cerpen "Karena yang Baik Bakal Kalah Sama yang Serius"

“Dan Akhirnya.....”
“Kita putus ya..”
Seketika dunia Sella berubah, ia tak lagi seceria biasanya. Yap! Viky telah meninggalkannya. Setelah beberapa bulan Sella berpacaran dengan Viky, namun dengan alasan ketidakcocokan maka mereka pun akhirnya putus. Tentu Sella merasakan sakit yang amat dalam, karena apa? Viky telah dikenalnya sejak dulu, sejak mereka masih bocah SMP. Teman yang sangat sering menemani hari-hari SMPnya dan telah dipercayainya untuk jadi pacar.
            Sella pun mencoba menjalani hari-harinya dengan biasa, mencoba untuk melupakan segala sesuatu tentang Viky (baca:Move On) walaupun ia tau itu sulit. Hari berganti minggu, minggu pun berganti bulan. Sella yang bersekolah disebuah SMK negeri yang cukup ternama dikotanya itu merupakan murid kelas 11. Ia memang berpisah sekolah sama Viky semenjak lulus SMP, Viky memilih untuk masuk SMK swasta, sedangkan Sella SMK negeri. Dan dengan berjalannya waktu setelah mereka lulus SMP itupun timbul benih-benih cinta yang akhirnya menyatukan mereka, namun sekarang semua hanya tinggal kenangan. Sella mempunyai sahabat bernama Deva, Deva merupakan teman sebangku Sella sejak mereka masuk SMK tersebut, mereka sama-sama memiliki kemampuan otak yang bisa dibilang pas-pasan, untuk itu mereka memilih jurusan “Perhotelan” yah, cukuplah untuk jadi tukang bersih-bersih. Deva merupakan anak broken home, dan terbilang kurang perhatian dari mamanya, walaupun ia tinggal bersama mamanya namun mamanya telah menikah lagi. Yap Deva tinggal bersama mama kandung dan papa tirinya. Untuk itu Deva mempunyai teman-teman luar yakni para pengamen jalanan yang sangat memiliki jiwa persaudaraan yang tinggi dan dirasa Deva ia bisa menghilangkan beban pikirannya tentang masalah keluarga jika berkumpul bersama para pengamen tersebut.
∞∞∞
Liburan sekolah pun tiba..
            Deva mengajak sahabatnya Sella untuk pergi berlibur kesebuah pulau tetangga, yakni “Uban”. Selama sehari mereka menginap dirumah salah satu teman mereka yaitu Vita. Disana ternyata juga banyak teman-teman Deva yang merupakan pengamen jalanan tersebut. Yah.. sekalian silaturahmilah. Mereka pun jalan-jalan keliling Uban seharian, tak hanya jalan-jalan namun mereka juga pergi ke pemakaman, ke makam salah satu teman Deva yang meninggal setahun yang lalu. Saat mereka ziarah ke makam tersebut, mereka bertemu dengan 3 cowok yang baru saja pulang ziarah, mereka adalah Lingga, Revan, Anton. Ada satu hal yang menarik perhatian Sella, yakni cowok bernama Revan. Cowok yang memiliki tinggi serta postur badan yang ideal, serta rambut mowhak dengan memiliki tompel dipipi kirinya. Meskipun Revan termasuk pengamen jalanan, namun ia memiliki penampilan yang rapi, sehingga membuat Sella terkesima. Revan pun memberikan senyum termanisnya untuk Sella dan Deva. Hal ini tentu membuat Sella jatuh cinta pada pandangan pertama. Setelah berkenalan dan bercengkrama akhirnya Sella tau bahwa cowok yang buatnya tersipu itu bernama “Revan”. Dan tak terasa pertemuan mereka itu terpisahkan oleh waktu karena Sella dan Deva mesti pulang ke Batam. Sella pun hanya bisa mengenang pertemuan itu dan berpikir kapan ia bisa melihat Revan lagi. Toh mereka bertemu secara tidak sengaja dan dalam waktu yang singkat.
∞∞∞
From: 085664721990
Ini Sella ya?
 
            Hari-hari Sella pun berjalan seperti biasanya. Tiada something special. Sekolah ia jalani dengan biasanya, canda tawa bersama teman-teman sejawatnya. Hingga setelah beberapa minggu berlalu pasca liburannya ke Uban kemarin, Sella menerima pesan singkat (baca:SMS) dari nomer yang tak dikenalnya.


Maaf ini siapa?
 
Sella pun spontan membalas isi pesan singkat tersebut.

From: 085664721990
Ini Revan yang kemaren kita ketemu di pemakaman. Masih ingat kan?
 
Rasa penasaran pun menyelimuti hati Sella, karena tak biasanya ada nomer yang tak dikenal masuk ke handphonenya, apalagi semenjak putus dengan Viky. Karena biasanya handphonenya hanya berdering jika telepon atau sms dari Viky dan sahabatnya Deva. Dengan begitu menimbulkan rasa heran dalam diri Sella, pikirannya menerka-nerka entah kemana. 1 nama yang ada dipikirannya, mungkinkah itu Viky? Maklumlah semenjak putus Sella dan Viky lost contact. Hal ini sengaja dilakukan oleh Sella untuk mempercepat proses move on. Tak lama kemudian handphone Sella pun bergetar kembali. Secepat mungkin ia membuka isi pesan tersebut.



Sella sontak kaget membaca pesan sms tersebut, hatinya berbunga-bunga.
“Revan sms gue? OMG.. mimpi apa gue semalem?”, pikirnya dalam hati.
Dengan sigap jari-jemari Sella telah bermain dikeyboard handphonenya.
Hehe, iya masih ingat kok Van.
Hehe btw apa kabar?
 
 



Rada garing sebenarnya pertanyaan itu, tapi mau gimana lagi. Sella bingung mau bilang apa lagi. Dan tak terasa berjam-jam mereka saling berbalas pesan. Hal ini mereka lakukan setiap hari dan tentu saja ini menimbulkan benih-benih cinta bagi kedua belah pihak. Bulan pun berganti, kedekatan mereka bukanlah kedekatan biasa sebagai teman namun telah berganti dengan rasa sayang.
∞∞∞
            Setelah 3 bulan mencoba mengenal satu sama lain tepat di ulang tahun Sella tanggal 01 Desember Revan pun menyatakan rasa yang selama ini ada dihatinya. Ia ingin dihari special bagi Sella itu juga menjadi hari special bagi mereka berdua. Sella pun tidak perlu pikir panjang untuk menjawab ungkapan hati Revan karena ia juga merasakan rasa yang sama. Yap, ia juga sayang Revan!.
            Terhitung sejak tanggal 01 Desember tersebut, status mereka tak lagi sebagai teman, namun sebagai pacar. Dan inilah salah satu bukti move onnya Sella dari Viky. Terhapuslah sudah kenangan masa lalunya bersama Viky dan berganti dengan cerita baru Sella dan Revan yang jauuuuuuuuh lebih indah ketika bersama Viky. Deva yang mendengar kabar tentang berpacarannya 2 sahabatnya itu tentu senang bukan kepalang. Tidak disangka pertemuan mereka yang hanya beberapa jam itu alias sekilas menimbulkan efek yang sangat penting dalam hidup Sella. Semenjak itu tiap ada waktu luang Sella dan Deva menyempatkan diri untuk berkunjung ke Uban sekaligus berakhir pekan. Disana mereka main kepantai, makan bareng, nongkrong bareng dan menggila bareng. Sungguh bahagia yang Sella rasakan kini, tiada lagi rasa galau, mellow dan sedih yang dulu sempat ia rasakan setelah putus dari Viky.
∞∞∞
Kelulusan pun tiba...

Sella mencoba untuk serius belajar guna menghadapi UN yang telah didepan mata. kenapa demikian? Karena Sella merasa ia belom siap untuk menghadapi ujian akhir tersebut. Revan sebagai pacar Sella hanya bisa memberi semangat untuknya. Maklum saja Revan telah putus sekolah sejak setahun yang lalu. Setelah 4 hari berkutat dengan ujian materi pokok yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika serta Pelajaran Kejuruan Perhotelan rasa lega pun timbul dihati Sella. Walupun ia belum tau bagaimana hasilnya. Karena ia rasa apa yang ia kerjakan itu bukan yang terbaik tapi udah sesuai banget dengan kemampuannya. Yah, apapun hasilnya ia pasrah. Yang jelas ia pengen “LULUS” dan gak ngecewain orang tuanya. Ia berharap dengan bekal pelajaran kejuruannya selama 3 tahun tersebut dapat mendapatkan tempat yang menjanjikan saat kerja nanti. But, it’s just a dreams! Sella ingin menikmati libur yang panjang dahulu setelah tamat sekolah, kemudian baru ia mencari kerjaan. Sella bukanlah tipe anak yang terlalu rajin, buktinya saja dahulu saat SMP ia pernah tidak naik kelas setahun. Sungguh pengalaman yang menarik bukan? Iya menarik sekaligus meninggalkan luka dan malu mendalam. Liburan menunggu hasil UN adalah hari-hari yang panjang bagi Sella, ya! Liburan selama hampir 2 bulan. Hal ini pun ia manfaatkan untuk ketemu dengan pujaan hatinya Revan. Kali ini Sella tidak berangkat dengan Deva melainkan ia memberanikan diri untuk berangkat sendiri ke Uban demi menemui Revan. Sebenarnya Sella ini merupakan tipe anak penakut alias tidak pemberani, maklumlah ia bukan seperti teman-temannya yang suka jalan kemana-mana. Mungkin inilah yang dinamakan pengorbanan cinta, Sella pun rela membohongi kedua orang tuanya demi menemui Revan. Pertemuan Revan dan Sella kali ini menghadirkan moment-moment so sweet yang tak akan terlupakan bagi keduanya. Revan mengajak Sella untuk jalan-jalan menikmati malam minggu berdua menggunakan sepeda motor, mereka berencana untuk pergi keluar Uban. Mereka tidak hanya menghabiskan malam dengan canda tawa, mereka makan sate ayam bareng, melihat pemandangan pantai bareng. Pokoknya semua hal mereka lewati berdua. Dan tak terasa jam telah menunjukkan pukul 22.00. Mereka pun bersiap untuk pulang ke Uban karena malam mulai sepi. Saat perjalanan pulang ke Uban, hujan lebat pun melanda. Angin bertiup kencang, gelombang memecah kesunyian, serta hujan mengguyur dengan dahsyatnya. Karena sudah tidak bisa melanjutkan perjalanan pulang maka mereka pun berhenti disebuah warung yang pemiliknya sudah menutup warung tersebut karena sudah malam. Diteras warung yang berukuran ±4 X 4 meter itu mereka berteduh. Dingin menyeruak dibadan kedua pasangan ini. Pohon-pohon bergerak kesana-kemari menandakan kuatnya terpaan angin yang menerjangnya itu menambah kelamnya malam. Setelah beberapa menit berteduh sang pemilik warung itupun keluar dan terkejut melihat dua sepasang anak manusia yang tengah berdiri terpaku menatap air yang turun. Sang pemilik warung itupun kemudian mengajak Sella dan Revan untuk masuk kerumahnya, karena udara diluar rumah sangat dingin dan hujan pun tempias ke teras rumahnya. Suami istri pemilik warung ini merupakan orang yang baik, mereka memperlakukan Sella dan Revan seperti anaknya sendiri. Setelah mempersilahkan duduk, sang Ibu pemilik warung pun menyediakan dua cangkir kopi hangat untuk Sella dan Revan, ia mengerti bahwa dua sejoli ini tengah kedingingan. Tidak hanya itu, mereka juga menawarkan Sella dan Revan untuk menginap di warung sekaligus rumah kecil mereka itu guna beristirahat karena hujan diluar tak kunjung reda. Namun Revan dan Sella merasa tidak enak hati, maka mereka pun menolak tawaran kedua suami istri tersebut, mereka tidak ingin merepotkan. Mereka pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Uban dalam kondisi hujan yang masih turun dengan derasnya. Pasangan suami istri itu memberikan jas hujan bekas dan kantong plastik besar guna perlindungan Revan dan Sella diperjalanan, dengan modal nekat mereka pun meninggalkan warung tersebut serta mengucapkan terima kasih yang sangat banyak kepada kedua orang tua pemilik warung tersebut. Mereka melintasi jalan yang sunyi dan sepi ditemani guyuran derasnya hujan dan gelombang laut yang menderu ke daratan hingga tiba ke aspal tempat sepeda motor Revan melaju.




Bersambung.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar