Selasa, 13 Oktober 2015

Iman Kepada Hari Akhir

 C. Tanda-tanda Pengahayatan terhadap Iman kepada Hari Akhir dalam Perilaku sehari-hari
          Sebagai muslim yang beriman kepada hari akhir, tentu kita akan selalu menyelaraskan segala amal perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dengan fungsi keimanan kita terhadap hari pembalasan itu. Diantara tanda-tanda yang dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
1.     Bersikap hati-hati dan waspada dalam setiap ucapan, tindakan, dan perbuatan.
2.    Bersikap bertanggung jawab atas segala hal yang telah diperbuat, atau yang menjadi tugas kewajibannya.
3.    Bersikap teguh pendirian dalam membela kebenaran dan menjalankan kebaikan.
4.    Bersikap optimis dan penuh harap atas segala sesuatu dan tidak sebaliknya.
5.    Memiliki sikap disiplin, ulet, dan penuh semangat belajar, bekerja, dan beribadah.
6.    Selalu berusaha menghindari segala perbuatan maksiat yang dilarang agama
7.    Berjiwa besar dan penyabar atas segala yang menimpa dirinya. Sebab ia memiliki keyakinan bahwa Allah tidak bermaksud menganiaya dan mencelakakan dirinya, melainkan sebaliknya karena Allah menyayangi dirinya.
8.    Memiliki sikap pemurah dan belas kasihan terhadap sesama. Sebab didalam hatinya ada keyakinan bahwa kehidupan didunia ini tidak kekal, semua yang dimilikinya akan musnah jika telah tiba waktunya.

D. Perilaku yang Mencerminkan Iman kepada Hari Akhir
Iman kepada hari akhir akan berdampak pada perilaku dalam keseharian. Seseorang yang beriman kepada hari akhir akan terlihat dari perilaku sehari-hari. Di antara perilaku yang mencerminkan iman kepada hari akhir sebagai berikut.

a)  Selalu Berusaha Menjadi Lebih Baik
          Seseorang yang beriman kepada hari akhir akan berusaha menjadi lebih baik dari hari-hari yang telah terlewati. Jika kemarin ia melaksanakan satu kebaikan, hari ini akan berusaha untuk
melakukan dua atau lebih kebaikan. Seseorang yang beriman kepada hari akhir menginginkan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Jika hari kemarin lebih baik dari hari ini berarti seseorang termasuk golongan orang yang merugi.

b)  Tidak Silau pada Gemerlap Dunia
          Dunia dan seluruh isinya menawarkan kenikmatan sesaat. Orang-orang yang tidak menyadari akan tertipu oleh gemerlapnya dunia, mereka akan terseret dan tenggelam dalam kemegahan sesaat. Mereka lupa bahwa dunia hanya sementara. Mereka yang kaya bisa silau dengan kekayaan yang dititipkan kepadanya. Mereka yang miskin dapat melupakan tujuan penciptaannya karena kemiskinannya. Hanya orang-orang yang beriman dan menyadari bahwa dunia ini hanya sementara yang tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia. Kekayaan merupakan suatu hal yang patut disyukuri. Kemiskinan yang datang tentunya tidak diharapkan. Kaya atau miskin merupakan cobaan dari Allah Swt. Orang kaya diuji dengan kekayaannya dan si miskin diuji dengan kemiskinannya. Jika si kaya menjadi orang yang bersyukur dan dapat mempergunakan kekayaannya dengan sebaikbaiknya (pada jalan yang diridai Allah) berarti ia termasuk orangorang yang beruntung. Si miskin yang bersyukur dengan kemiskinannya dan tetap menjalankan tujuan penciptaannya sebagai manusia, ia termasuk orang yang beruntung. Kaya atau miskin dapat mengantarkan seseorang pada kekufuran. Si kaya atau si miskin hendaknya tidak tertipu oleh gemerlapnya dunia yang tidak kekal. Kekuasaan yang dimiliki hendaknya tidak melenakan dari mengingat Allah Swt. Ingatlah kembali kisah Fir’aun. Fir’aun yang menjabat sebagai raja memiliki sifat takabur. Ia sangat sombong dengan jabatan yang dimilikinya. Bahkan, ia mengaku sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Sungguh, perilaku yang tidak sepantasnya ditiru. Seseorang yang berkuasa hendaknya menyadari bahwa kekuasaan tersebut hanya sementara. Kekuasaan dapat berakhir oleh waktu. Oleh karena itu, seseorang tidak sepantasnya menyombongkan diri atas apa pun yang dititipkan kepadanya.

c)   Tidak Iri atas Nikmat Orang Lain
          Allah memberikan nikmat yang berbeda-beda kepada manusia. Ada manusia yang dikaruniai nikmat berupa kekayaan. Ada yang dikaruniai nikmat berupa keturunan, kecerdasan, keberuntungan, dan lain sebagainya. Terhadap nikmat yang diperoleh orang lain kita tidak boleh merasa iri. Iri dapat berupa sikap tidak rela orang lain mendapat nikmat dan ingin agar nikmat tersebut beralih kepadanya.

d)  Bersikap Rendah Hati
          Bersikap rendah hati terhadap apa pun yang dimiliki merupakan perilaku terpuji. Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Orang yang rendah hati menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki hanya titipan Allah Swt. Titipan yang setiap saat dapat diambil oleh pemiliknya. Oleh karena itu, seseorang yang rendah hati tidak pernah sombong dengan sesuatu yang dititipkan kepadanya. Ia merasa tidak patut bersikap sombong dan berbangga diri terhadap titipan Allah.

e)  Menghindari Sifat Cinta Dunia dan Harta Secara Berlebihan
          Cinta dunia dan harta secara berlebihan dihindari oleh orang yang beriman kepada hari akhir. Cinta dunia dan harta secara berlebihan bukanlah sikap seseorang yang beriman kepada hari akhir. Seseorang yang dikaruniai harta akan diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak. Oleh karena itu, seseorang yang beriman dan dikaruniai harta berlebih akan mempergunakan hartanya tersebut di jalan-Nya. Ia akan membelanjakan hartanya di jalan yang diridai Allah. Membantu fakir miskin, membantu pembangunan masjid, madrasah, rumah sakit, dan kegiatan lain yang diridai Allah Swt.

f)   Bersikap Optimis dan Lapang Dada
          Seseorang yang beriman kepada hari akhir akan bersikap optimis dalam menghadapi segala sesuatu. Selain itu, orang yang beriman kepada hari akhir akan bersikap lapang dada dalam menghadapi segala musibah yang menimpa. Ketidakadilan sering dirasakan. Keadilan yang sesungguhnya adalah keadilan di akhirat kelak. Sikap optimis juga menjadi salah satu sikap yang dimiliki oleh orang yang beriman. Orang yang beriman akan menjalani kehidupan di dunia dengan sikap optimis. Ia merasa optimis bahwa segala kebaikan yang dilakukan akan mendapat balasan. Selain itu, ia juga optimis bahwa segala amal buruk akan mendapat balasan yang sesuai.

E. Hikmah Beriman kepada Hari Akhir
          Hari akhir merupakan hari perhitungan amal yang telah dilakukan selama hidup di dunia. Selanjutnya, amal tersebut akan dibalas dengan balasan yang sesuai. Amal baik akan mendapat balasan yang baik dan amal buruk akan mendapat balasan yang buruk. Pada hari kiamat kelak manusia akan dibangkitkan dari kubur. Tiupan nafiri oleh Malaikat Israfil atas perintah Allah Swt. menandai kebangkitan manusia dari kubur. Manusia dibangkitkan dari kubur dan berbondong-bondong menuju padang Mahsyar. Di padang Mahsyar manusia menunggu panggilan Allah Swt. Manusia akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Tidak ada satu pun manusia yang tidak dimintai pertanggungjawaban. Peristiwa yang akan terjadi ini hendaknya membuat kita sadar sehingga selalu berhati-hati dalam berbuat. Berpikir beribu kali ketika akan melakukan perbuatan maksiat. Satu perbuatan maksiat terlalu banyak untuk dilaksanakan. Satu perbuatan baik terlalu sedikit untuk dilaksanakan dan dijadikan bekal dalam perjalanan selanjutnya.
          Allah Swt. telah menyediakan surga bagi hamba-hamba yang beriman dan menjalankan amal saleh. Selain itu, Allah Swt. juga menyediakan neraka bagi mereka yang senantiasa berbuat maksiat dan melanggar perintah-Nya. Agar dapat merasakan nikmat tinggal di surga, seseorang harus menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Menjalankan perintah Allah Swt. dirasakan sangat berat. Meskipun demikian, perintah-Nya harus dilaksanakan dan larangan-Nya harus dijauhi. Usaha maksimal harus kita lakukan agar dapat menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya. Perbuatan maksiat atau perbuatan yang melanggar larangan Allah Swt. lebih mudah dilaksanakan. Jalan berbuat maksiat lebih banyak dan lebih mudah ditemui. Agar dapat menjauhi larangan Allah Swt. juga diperlukan usaha sekuat tenaga.
Kalau kita perhatikan gaya hidup orang Korea atau orang Barat, mereka biasa saja melakukan hal-hal yang menurut kita adalah perbuatan dosa, yang kalau diteliti lebih dalam keajaran agama mereka juga merupakan perbuatan dosa atau hal yang tidak baik. Kalau ditanya apakah tidak takut balasan nanti hidup setelah mati (di akhirat)? Mereka akan mengatakan, "Hidup hanya sekali saja. Nikmatilah...". Persis seperti yang difirmankan Allah SWT :

"Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja." (QS 45:24)

"tidak ada kematian selain kematian di dunia ini. Dan kami sekali-kali tidak akan dibangkitkan,"
 (QS 44:35)

          Namun yang menyedihkan adalah ada sebagian kaum muslimin yang ikut-ikutan cara pandang mereka itu. Padahal sebagai orang beriman seharusnya meyakini adanya hari akhirat, sebagaimana firman Allah AWT:

"dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat." (QS 2:4)

Keyakinan kepada hari akhirat akan memberikan beberapa hikmah kepada orang yang mengimaninya, sebagai berikut :

1. Tidak akan meniru pola hidup orang kafir (yang tidak beriman).

          Allah SWT telah memperingatkan kita supaya tidak terpedaya dan ikut-ikutan gaya hidup orang kafir, yang penuh dengan kebebasan (foya-foya, dugem, mabok, free sex, dll). Itu adalah kesenangan sementara saja, selama hidup didunia. Tetapi akibatnya ditanggung selama-lamanya didalam neraka jahanam. Naudzubillahi min dzaalik.

"Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya." (QS 3:196-197)

2. Selalu beramal sholeh dan meningkatkan ketakwaan.

          Orang yang beriman dengan adanya hari akhir yakin dan mengharap akan bertemu dengan Allah, oleh karena itu dia akan selalu berusaha beramal sholeh dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. Sehingga ketika menemui-Nya dalam keadaan siap.

"... Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman." (QS 2:223)

"... Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya". (QS 18:110)

3. Selalu berbuat baik dan benar.

          Orang yang beriman kepada hari akhir akan selalu berbuat baik dan benar dalam hidupnya.

"Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikit pun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong.
" (QS 2:123)

Mengapa harus baik dan benar? Karena perbuatan baik belum tentu benar, tetapi perbuatan benar sudah pasti baik. Misalnya, perbuatan menolong orang adalah baik, tetapi belum tentu benar. Menolong orang dalam rangka apa? Apakah menolong dalam rangka kebaikan dan takwa, atau dalam rangka dosa. Menolong orang berbuat dosa atau jahat adalah tidak benar dan tidak dibenarkan dalam Islam.

"... Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS 5:2)

Bukan hanya harus melakukan perbuatan baik dan benar, perkataan pun harus baik dan benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berhata benar atau diam." (HR Bukhari dan Muslim)

4. Mau berjihad dijalan Allah dengan jiwa dan harta.

          Berjihad bagi orang yang beriman kepada hari akhir adalah sebuah kemestian, karena jihad dengan jiwa dan harta merupakan jual beli seorang mukmin dengan Allah, serta merupakan pembenaran atas keimanannya.

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS 9:111)

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (QS 49:15)

5. Tidak bakhil (kikir) dalam berinfaq.

          Ketika seseorang beriman kepada hari akhir, ia akan selalu berinfak dijalan Allah dengan tidak kikir. Karena ia tahu akibat kikir terhadap hartanya itu dikemudian hari, serta ia tahu pahala yang berlipat ganda yang diterimanya bila ia berinfak dijalan Allah SWT.

"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS 3:180)

"Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka, (sedang "mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang." (QS 104:1-9)

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS 2:261-262)

6. Memiliki kesabaran dalam kebenaran dan ketika tertimpa musibah.

          Ketika keimanan kepada hari akhir tertanam dalam hati, maka orang itu akan selalu sabar dalam kebaikan dan dalam keadaan apapun. Meskipun musibah menimpa dirinya, ia akan tetap sabar bahkan meningkatkan kesabarannya.

"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (QS 3:200)

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun."
 (QS 2:155-156)

Ia tahu bahwa dunia ini hanya sementara, semua akan mati. Penderitaan didunia hanyalah sementara, segala sesuatu akan disempurnakan diakhirat nanti, sebagaimana firman Allah SWT:

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS 3:185)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar