Jumat, 04 Desember 2015

Airmataku telah habis

Katamu, kehilangan paling dalam adalah kehilangan tanpa airmata. Mungkin itu aku sekarang, mengingatmu tanpa berairmata. Atau sudah habis terlebih dahulu, tepatnya. Ditinggalkanmu membuatku menjadi malam yang menutup pintu dari keramaian, biar ingatan tentangmu tak lagi punya rasa. Terlalu klasik, bahwa apa yang pernah kita sebut selamanya dan pernah kita janjikan ternyata hanya sampai salah satu dari kita lelah.

Tetapi, aku berpikir. Alangkah lucunya realita hidup ini. Dahulu saat pertama kita bertemu, kita saling senyum, menyapa, lalu berbicara berjam-jam, bercanda, tertawa. Dahulu kita sangat dekat, aku tau semua tentangmu dan kamu tau semua tentangku. Sekarang, kita bertemu bertingkah seperti orang asing, bertingkah selayaknya kita tidak pernah mengenal antara satu sama lain. Bertingkah seperti aku tidak mengetahui semua tentang kamu disaat aku benar-benar mengetahui akan hal itu, dan bertingkah seakan kita tidak pernah saling berbicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar