Katamu, kehilangan paling dalam adalah kehilangan tanpa airmata.
Mungkin itu aku sekarang, mengingatmu tanpa berairmata. Atau sudah habis
terlebih dahulu, tepatnya. Ditinggalkanmu membuatku menjadi malam yang menutup
pintu dari keramaian, biar ingatan tentangmu tak lagi punya rasa. Terlalu klasik, bahwa apa yang
pernah kita sebut selamanya dan pernah kita janjikan ternyata hanya sampai
salah satu dari kita lelah.
Tetapi, aku berpikir. Alangkah lucunya realita hidup ini. Dahulu
saat pertama kita bertemu, kita saling senyum, menyapa, lalu berbicara berjam-jam,
bercanda, tertawa. Dahulu kita sangat dekat, aku tau semua tentangmu dan kamu
tau semua tentangku. Sekarang, kita bertemu bertingkah seperti orang asing,
bertingkah selayaknya kita tidak pernah mengenal antara satu sama lain. Bertingkah
seperti aku tidak mengetahui semua tentang kamu disaat aku benar-benar
mengetahui akan hal itu, dan bertingkah seakan kita tidak pernah saling
berbicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar