Minggu, 31 Juli 2016

Hari baru untuk kisah yang baru

Haiiiiiiiiiiiiii!

Hari baru, tanggal baru dan pastinya diri yang baru. Sudah lama rasanya tidak menulis diblog. HAHA kurasa aku sedang menikmati duniaku sekarang, dalam edisi mencoba bangkit. Eh apasih wkwk
Alhamdulillah yang kurasakan sekarang lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya, aku dapat bernafas lega. Menghirup aroma kesendirian dengan bahagia. Memang benar kata pepatah yang mengatakan "Kamu tidak tahu apakah kamu bisa melakukannya, sampai kamu benar-benar melakukannya". Ya, kurasa itu sangat tepat! Dulu aku sangat takut mencoba, bahkan jangankan melakukannya, membayangkannya saja rasanya tidak sanggup. Tapi ternyata? After time goes on, semuanya baik-baik saja. Dan aku bisa melewatinya, walaupun belum sampai diujungnya. Namun perlahan dengan pasti aku bisa melakukannya.

Aku sadar, bahwa banyak orang-orang disekelilingku yang amat sayang sama aku. Ya! Mereka keluarga, sahabat, dan teman-temanku. Yang selalu ngesupport aku, ngasi saran ini itu. Dengerin cerita aku panjang lebar selama ini walaupun pada akhirnya semua yang disaranin itu gagal aku lakuin wkwk. Mungkin selama ini aku terlalu memaksakan diri, sampai akhirnya aku mengabaikan nasehat-nasehat positif dari mereka semua. Dengan sadar, sekarang aku telah berhenti. Mungkin karna terlalu lelah setelah jauh berjalan namun tak mendapatkan apa-apa. Aku ingin beristirahat dari semuanya, dan aku sadar bahwa bahagia bukan perihal saling mencintai atau menyayangi. Menciptakan dunia sendiri juga bisa bahagia kok. Dan aku percaya bahwa setiap akhir pasti pertanda akan ada awal yang baru.

Jika ada yang tertawa, mungkin dia tidak mengetahui seberapa besar perjuanganku mencintaimu atau mungkin ada yang bertanya, “udah? Segitu aja?” Buat yang nanya begini, mungkin dia gak ngerasain yang namanya susah tidur, bahkan gabisa tidur semalaman Cuma karna nungguin orang yang belum tentu tau kalo dia ditungguin. Ga nafsu makan seharian karna kepikiran sesuatu. Uring-uringan gak jelas karna digantungin. Berusaha menyibukkan diri untuk ngelupain sesuatu. Kebayang ga rasanya? Jangan dibayangin deh. Pasti bakal bilang aku “bego” HAHA. Gapapa, terserah mau bilang apa. Tapi yang jelas aku gak pernah nyesel kok ngelakuin itu semua. Setidaknya aku banyak belajar dari apa yang aku alami dan untuk bekal dikedepannya nanti agar tak terulang hal yang sama. Dan yang paling penting, aku banyak pengalaman berharga.


Teruntuk kamu..
Dan pada akhirnya benar, kamu ninggalin aku walaupun kamu sendiri yang memintaku  untuk stay. Pergilah.. ini yang terbaik buat kita, aku tak perlu susah payah lagi membujukmu untuk mengakhiri ini semua lagi. Aku hanya berharap kamu lakuin ini karna kamu sadar atas semuanya. Aku juga tak pernah marah, bahkan aku ingin mengucapkan terimakasih untuk pernah menyayangiku, make a lots of good or bad memories. Detik yang berlalu adalah sebuah pelajaran. Terimakasih telah menjadi hikmah dari pelajaran yang terjadi. Dan sekarang kita udah jalan dikehidupan masing-masing. Oh iya bukan kita, tapi aku dan kamu.. Oh iya, aku tau dibalik sisi tidak pedulimu terhadapku sekarang ini, kamu masih mengingatku, dan menganggapku ada. Walaupun itu Cuma secuil. Hal itu terbukti seminggu yang lalu, kamu menyempatkan diri untuk pamit, menepati janjimu dahulu saat kita masih bersama-sama. Makasih udah ngehargain aku dengan sekedar mengingat janji itu. Disini, aku Cuma bisa mendoakan dirimu, kesuksesanmu, dan kebahagianmu. As always, kamu tetap teman baikku.

Rabu, 13 Juli 2016

Mungkin ini sudah waktunya..

Tubuh saling bersandar
Ke arah mata angin berbeda
Kau menunggu datangnya malam

Saat kumenanti fajar

Sudah coba berbagai cara
Agar kita tetap bersama
Yang tersisa dari kisah ini
Hanya kau takut kuhilang

Perdebatan apapun menuju kata pisah
Jangan paksakan genggamanmu
Izinkan aku pergi dulu
Yang berubah hanya
Tak lagi kumilikmu
Kau masih bisa melihatku
Kau harus percaya
Kutetap teman baikmu..


Mungkin ini cara berpisah paling baik buat kita berdua. Iya, berpisah tanpa perpisahan. Bagaimana tidak? Selama ini setiap perpisahan kita yang ‘berpamitan’ selalu tertahan. Karna salah satu dari kita masih ada yang menahannya. Kali ini? Aku rasa tidak. Aku sudah lepas tangan. Mungkin bisa dibilang mengibarkan bendera putih tanda aku menyerah atas semuanya. Aku sudah terlalu lelah, terlalu capek atas semuanya. Aku akui, aku memang berbahagia selama ini, iya selama bersamamu. Namun, kebahagiaan yang aku dapat Cuma sementara. Lalu buat apa? Dari awal aku tau bahwa ini semua memang takkan berakhir manis, namun aku tetap memaksakan menyambut genggamanmu. Itu kesalahan terbesarku.

Mungkin ini sakit, bahkan terlalu sakit. Namun kupikir, lebih baik sakitnya sekarang. Selagi aku masih bisa mengobatinya perlahan. Selagi belum terlambat dan terlanjur parah. Sekarang atau nanti sama saja. Yang kutunggu takkan pernah datang. Justru mungkin jika nanti bukan hanya menyakitiku, namun mematikanku.

Mulai sekarang, aku cukup memotivasi diriku sendiri untuk tak lagi mengetahui apapun tentangmu, mengubur perasaan itu dalam-dalam, lalu tak lagi mengingat semua kisah, kenangan dan kebiasaan tentang kita. Ini tugas berat bagiku.. sejujurnya tak terbayang bagaimana olehku untuk melewatinya.
Sekarang aku terlalu membencimu, iya. Ketika aku mengingat bagaimana caramu menyakitiku perlahan. Buat apa selama ini kata maafmu jika untuk mengulangi kesalahan yang sama. Lalu untuk apa kata sayangmu jika untuk menyakitiku lagi dan lagi? Apa semua kata-kata itu terlalu murah untuk diucapkan bagimu?

Kita pernah saling berpegang erat, saling benjanji untuk tak lagi mengakhiri sampai keputusan yang kita buat bulat untuk berpisah. Maafin aku, jika lagi dan lagi aku yang mengakhiri tanpa meminta persetujuanmu. Kali ini aku benar-benar lelah, tak sanggup lagi menghadapi kamu. Memang benar kata pepatah, jika berjuang sendirian itu sakit.

Arrrghh! Aku benci menjadi orang dewasa, yang terlalu rumit menghadapi cinta. Jika boleh memilih, lebih baik aku tidak merasakan apa-apa. Sungguh terlalu sakit rasanya. Memendam cerita dan masalah sendirian.

Apa setelah ini semuanya akan baik-baik saja? Aku harap begitu, namun mungkin tidak... bagaimana bisa kita berteman seolah semuanya baik-baik saja sementara kita tau kita saling sayang? Butuh waktu untuk menghapusnya. Terutama aku, aku bukan tipe orang yang lihai dalam melupakan, aku terlalu kekanak-kanakan untuk itu. Lebih baik sekarang kita bertingkah seolah tak kenal dan tak pernah masuk ke kehidupan satu sama lain. Rumit ya? Begitulah.. tapi ini cara terbaik

Dan yang terakhir, jika benar kamu sayang aku. Tolong lepaskan genggamanmu. Ini permintaanku........

Rabu, 06 Juli 2016

Kita bahagia bersama, dijalan yang berbeda.

Untuk kamu, yang sempat hadir.
Apa kabar? Sudah lama kita tak berjumpa, bahkan sudah lama aku tak mendengar kabarmu. Aku maklumi itu semua. Aku menghargai kehidupanmu yang sekarang, dan kau? Entahlah masih peduli dengan hidupku atau tidak.

Mungkin kamu akan bertanya, kenapa aku menulis ini semua? Jangan kamu mengira aku menulis ini untuk mendramatisir keadaan, tentu tidak. Sama sekali tidak. Aku menulis ini semua hanya karena merasakan rindu. Tak pernahkan kau merasakannya juga? Aku harap kau sempat merindukanku walau hanya sesaat. Setidaknya kau sempat terngiang bagaimana aku tertawa lalu menangis. Setidaknya kau terngiang bagaimana rasanya mencoba mempertahankan hubungan itu dahulu.
Walau cinta dan cerita kitu telah tiada. Namun, aku masih ingat betapa lucunya saat pertama kali aku melihatmu. Kita terlihat canggung, lalu saling tersenyum sesudahnya.
Aku juga masih ingat, betapa indahnya hujan kala itu. Kau terus melajukan motor dengan cepat agar aku tidak lama terkena hujan. Aku hanya bisa bersembunyi sambil mengeratkan pelukan dibalik punggungmu lalu kau menggenggam tanganku. Kau tidak tau, seberapa banyak aku tersenyum saat itu.

Aku tidak peduli, apakah aku cinta pertamamu atau bukan. Aku menyimpan memori dalam hidupmu atau tidak. Yang aku tau aku merasakannya. Kau juga bukan yang pertama ataupun yang kedua yang pernah hadir dalam hidupku. Tapi percayalah, kau membuatku mengenal banyak hal untuk pertama kalinya.
Kau orang pertama yang membuatku merasa berharga dan merasa dihargai. Kau membuat aku merasa bahwa aku adalah orang yang patut dipertahankan.

Untuk kamu, yang sempat hadir.
Maaf aku sempat membuatmu muak. Dengan sikapku yang kekanak-kanakan. Yang sering mengeluh, yang sering berdrama dengan segala masalah. Kau selalu menenangkanku. Dan lagi, aku terlambat menyadarinya. Aku tau aku salah, tapi siapa yang peduli saat itu? Aku terlalu kalut dengan emosi. Kadang aku pun hanya tertawa bila mengingatnya. Perjalanan kita amat lucu ternyata.

Aku ingat, kita memulai dengan cara yang salah. Entah kamu atau aku. Tapi aku tak menyalahkan
siapapun, karena untuk masalah perasaan semua orang merasa benar. Meskipun penuh kebohongan dan ketidakpedulian. Cukup aku saja yang tau maksud semuanya.

Perjalanan memang kadang tak semulus yang dibayangankan. Kadang membuat aku terbang lalu jatuh. Dan terimakasih, kamu pernah menjadi perjalananku. Hidup kadang terasa manis seperti gulali yang aku beli di taman hiburan, tapi ada masanya terasa pahit sama seperti aku yang tidak sengaja mengecap ampas kopi. Dan kamu telah menajdi keduanya disaat yang bersamaan. Sekali lagi terimakasih. Dan untuk sempat memulai lalu mengakhiri.

Untuk kamu, yang sempat hadir.
Aku tadi bilang bahwa aku merindukanmu, tapi setelah aku menulis ini semua aku tak lagi merasakannya. Aku sedang tersenyum, percayalah. Aku bahagia. Tak perlu aku yang merindumu lagi. Tugasku sudah cukup. Tugasku kini pergi lalu menghilang. Untuk tak saling mengenal akan lebih baik, mungkin? Hahaha aku hanya bercanda. Aku tidak kekanak-kanakan lagi seperti dahulu. Aku hanya berharap kamu baik-baik saja. Kita bahagia bersama, dijalan yang berbeda.

Dan harapan terakhirku adalah suatu saat aku dapat bertemu kamu kembali. Dengan senyuman, tak ada lagi kecanggungan. Lalu berbincang. Dan aku akan mengenalkan seseorang padamu. Dan sebaliknya. Iya seseseorang yang aku kenalkan adalah orang yang membuat aku tersenyum kembali setelah kamu membuatku menangis. Dan kamu mengenalkan seseorang yang kamu ajak tersenyum ketika aku menangis.

Untuk kamu, yang sempat hadir.
Aku merasa cukup dan aku pergi. 

Jumat, 01 Juli 2016

Untuk seseorang yang pernah begitu kupahami..

Untuk seseorang yang pernah begitu kupahami..

Maaf kalau harus menyebut kata-kata ‘pernah’. Karna memang pernah dan kini tak lagi. Ada sebuah batas transparan dari dirimu yang tak pernah bisa kusentuh. Arena khusus yang tak lagi menyertakan aku dalam arenanya. Pikiranmu yang tak bisa lagi kuterka akan kemana tujuannya. Ada banyak hal sederhana yang kini berformula jadi rumit. Dan seolah-olah perubahan-perubahan ini membuat kita saling menyalahkan diri sendiri. Bukan salahmu atau salahku jika ada yang harus selesai diantara kita. Bukan salahmu atau salahku jika tak lagi bisa meneruskan setiap rasa pertama kali yang pernah kita bagi. Ini hanya cara kita belajar bahwa memang perlu ada yang berubah. Dan biarkan waktu yang mengajari kita untuk menerimanya, ya?

Aku undur diri, atas segala rasa yang nantinya bisa memperburuk kondisi hati. Aku undur diri untuk menitipkan lagi segala rasa yang pernah dimintamu dulu. Aku undur diri untuk segala masa depan yang pernah kita impi-impikan. Langkahku pelan-pelan menjauh, mungkin kenangan akan begitu riuh, tapi takkan membuat beberapa luka semakin melepuh. Maaf jika aku tak mampu lagi bertahan, dan maaf jika aku secepat ini melepaskan. Namun hal-hal pahit, harus kau cicipi lebih dahulu agar kau tahu apa rasanya manis. Sesendok pelajaran sedang kita lahap bersama-sama tentang kenyataan bahwa tak seharusnya lagi kita bersama. Lepaslah dengan rela. Karna suatu hari, kita akan sama-sama tersenyum mengingat hari ini.

Memasuki pekarangan hatimu adalah cara terbaik mengenal cinta. Dan mengundurkan diri adalah satu-satunya hal yang paling tepat untuk menjauh dari bertambahnya luka.  Kita akan baik-baik saja. Selamat menemukan yang lain selain aku..